Monday, May 11, 2009

Ketika Model Menjadi Inspirasi


METROPOLITAN Museum of Art kembali mengadakan pameran mode. Kali ini para model yang menjadi inspirasi, bukan lagi wajah dan tubuh yang beraksi di atas catwalk, melainkan menjadi seni itu sendiri.

Harold Koda yang menjadi kurator dari gelaran Costume Institute kali ini mengatakan bahwa tema "Model As Muse: Embodying Fashion", bukan hanya bercerita mengenai mode dan penampilan luar, melainkan kecantikan secara keseluruhan. ..[...]

"Meskipun terlihat seperti pameran ideal beauty,sebenarnya inti dari pameran ini adalah mengenai kecantikan dan fesyen dari berbagai segi," ujarnya dalam rilis yang disampaikan situs Metropolitan Museum, kemarin.

"Kami melihat tentang kekuatan mode, fotografi, serta model untuk merepresentasikan sebuah era. Seorang model bisa merepresentasikan era yang dia wakili dari attitude dan gesture-nya, hal yang kemudian menjadi muse, bukan hanya bagi desainer atau fotografer, juga generasi berikutnya," papar Koda.

Pameran Costume Institute memperlihatkan lebih dari 80 karya mode busana, mulai adibusana (haute couture), busana siapa pakai (ready-to-wear), berita mode, iklan, fotografi, hingga film project yang bercerita tentang dunia mode dan model yang menjadi inspirasi dari berbagai era.

Pameran tersebut akan berlangsung hingga 6 Agustus 2009, karya-karya dari Giorgio Armani, Cristobal Balenciaga, Pierre Cardin, Karl Lagerfeld untuk Chanel, John Galliano untuk Christian Dior, Halston, Marc Jacobs untuk Perry Ellis dan Louis Vuitton, Donna Karan, Calvin Klein, Ralph Lauren, Prada, Yves Saint Laurent, dan Gianni Versace.

Sesuai dengan yang dijelaskan Koda, Costume Institute Exhibition memperlihatkan kejayaan dunia mode dan para modelnya mulai tahun 1940 dan 1950-an, ketika dunia mode memasuki Era Keemasan, hingga tahun 1990-an ketika industri mode melihat jauh ke masa depan dengan mengadopsi gaya futuristik.

Ragam era dalam mode tersebut diperlihatkan melalui barisan manekin berbalut busana besutan desainer legendaris, foto, dan pemberitaan mengenai mode di media cetak. Publikasi ini menunjukkan betapa wajah mode selalu berubah dalam setiap era dan bercerita mengenai kecantikan ideal yang terus bermetamorfosis.

"Cantik, tidak pernah memiliki definisi dan bentuk yang sama pada tiap era dalam mode," ujar Koda.

Dia kemudian mencontohkan bahwa pada tahun 1950-an, cantik didefinisikan dengan gaya ladylike, dan industri mode pun mengikuti. Busana-busana berbentuk gaun dengan siluet body hugging menjadi tren.

Pada era ini nama-nama seperti Lisa Fonssagrives, Dovima, Suzy Parker, Sunny Harnett, dan Dorian Leigh begitu dipuja sebagai representasi kecantikan dunia adibusana. Sementara pada tahun 1960-an, definisi cantik bergeser menjadi sesuatu yang kontras. Siluet tubuh bak gitar memudar berganti gaya swinging sixties yang dipopulerkan Twiggy, sang model legendaris, selain kehadiran top model lainnya seperti Jean Shrimpton, Peggy Moffitt, dan Veruschka.

"Twiggy adalah contoh model sebagai muse, gaya playful-nya tetap bertahan dan ditiru hingga satu dekade setelah masa jayanya," sebut Koda.

Pada 1970-an, ketika demam disko menyerang, sekali lagi definisi cantik berubah,dan begitu juga dengan gaya busana. Valentino dan Halston menyadari celah tersebut dan langsung menetapkan tren lewat busana ekspresif dengan warna cerah dan cutting edgy.

Model layaknya Beverly Johnson dengan kepribadian yang ceria dan gaya catwalk-nya yang selalu semarak pun lantas meraup emas dan menjadi wajah cantik yang menghiasi halaman depan majalah mode. Bahkan, Johnson dianggap sebagai awal lahirnya supermodel, puncak karier di dunia modeling.

Istilah supermodel ini menjadi semakin populer pada tahun 1980-an, yang identik dengan Naomi Campbell, Linda Evangelista, dan Christy Turlington. Era di mana para wanita cantik mampu menghasilkan ribuan dolar hanya melalui tatapan tajam di depan kamera maupun lenggang anggun di atas catwalk.

Di era 1990-an retro menghilang, digantikan gaya grunge dan punk rock, yang secara alami direpresentasikan Kate Moss.Tubuh skinny yang dibalut kaus, jaket kulit, dan denim berpipa sempit langsung menjadi tren. Nama Moss terus melambung, menjadikan mantan kekasih Pete Doherty tersebut lebih dari sekadar model, melainkan muse bagi pelaku mode dan ikon mode bagi fashionista di seluruh dunia.

Bahkan tidak hanya itu, Moss pun mencipta tren dengan menjadi trend setter itu sendiri melalui lini koleksinya bersama Top Shop yang terus ditunggu setiap musimnya. Makan malam akbar menandai pembukaan pameran yang diketuai Marc Jacobs, juga Kate Moss, Justin Timberlake, dan Anna Wintour yang duduk di kursi wakil ketua komite. Dalam acara makan malam akbar tersebut juga diadakan aksi galang dana guna mempertahankan kelangsungan pameran pada tahun berikutnya.(Koran SI/Koran SI/nsa)(oz) ..[...]

0 comments:

Post a Comment

 

Blogroll

Site Info

Text

Free Download Lagu MP3 Lirik | Song Lyrics | Chords | Video Music Clips Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template